Senin, 27 Februari 2012

SEJARAH REGGAE

Sejarah Musik Reggae
REP | 07 September 2009 | 21:24  3664  2  Nihil
________________________________________
Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang menjadi penanda awal muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocsteady, yang sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae. Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.

Kata “reggae” diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata “ragged” (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae sendiri dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya dengan irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu reggae adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang berkembang di Jamaika yang sarat dengan pengaruh musik Afro-Amerika. Secara teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara mengocok gitar secara terbalik (up-strokes), memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.
Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.
Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleran reggae di Amerika Serikat ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton, Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya, sebut saja varian reggae hip hop, reggae rock, blues, dan sebagainya.
Jamaika
Akar musikal reggae terkait erat dengan tanah yang melahirkannya: Jamaika. Saat ditemukan oleh Columbus pada abad ke-15, Jamaika adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri berasal dari kosa kata Arawak “xaymaca” yang berarti “pulau hutan dan air”. Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit hitam dari daratan Afrika. Budak-budak tersebut dipekerjakan pada industri gula dan perkebunan yang bertebaran di sana. Sejarah kelam penindasan antar manusia pun dimulai dan berlangsung hingga lebih dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan dihapus, yang diikuti pula dengan melesunya perdagangan gula dunia.
Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum budak Afrika memelihara keterikatan pada tanah kelahiran mereka dengan mempertahankan tradisi. Mereka mengisahkan kehidupan di Afrika dengan nyanyian (chant) dan bebunyian (drumming) sederhana. Interaksi dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa pun membekaskan produk silang budaya yang akhirnya menjadi tradisi folk asli Jamaika. Bila komunitas kulit hitam di Amerika atau Eropa dengan cepat luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya komunitas kulit hitam Jamaika masih merasakan kedekatan dengan tanah leluhur.
Sejarah gerakan penyadaran identitas kaum kulit hitam, yang kemudian bertemali erat dengan keberadaan musik reggae, mulai disemai pada awal abad ke-20. Adalah Marcus Mosiah Garvey, seorang pendeta dan aktivis kulit hitam Jamaika, yang melontarkan gagasan “Afrika untuk Bangsa Afrika…” dan menyerukan gerakan repatriasi (pemulangan kembali) masyarakat kulit hitam di luar Afrika. Pada tahun 1914, Garvey mendirikan Universal Negro Improvement Association (UNIA), gerakan sosio-religius yang dinilai sebagai gerakan kesadaran identitas baru bagi kaum kulit hitam.
Pada tahun 1916-1922, Garvey meninggalkan Jamaika untuk membangun markas UNIA di Harlem, New York. Konon sampai tahun 1922, UNIA memiliki lebih dari 7 juta orang pengikut. Antara tahun 1928-1930 Garvey kembali ke Jamaika dan terlibat dalam perjuangan politik kaum hitam dan pada tahun 1929 Garvey meramalkan datangnya seorang raja Afrika yang menandai pembebasan ras kulit hitam dari penindasan kaum Babylon (sebutan untuk pemerintah kolonial kulit putih—merujuk pada kisah kitab suci tentang kaum Babylon yang menindas bangsa Israel). Ketika Ras Tafari Makonnen dinobatkan sebagai raja Ethiopia di tahun 1930, yang bergelar HIM Haile Selassie I, para pengikut ajaran Garvey menganggap Ras Tafari sebagai sosok pembebas itu. Mereka juga menganggap Ethiopia sebagai Zion—tanah damai bak surga—bagi kaum kulit hitam di dalam maupun luar Afrika. Ajaran Garvey pun mewujud menjadi religi baru bernama Rastafari dengan Haile Selassie sebagai sosok yang di-tuhan-kan
Pada bulan April 1966, karena ancaman pertentangan sosial yang melibatkan kaum Rasta, pemerintah Jamaika mengundang HIM Haile Selassie I untuk berkunjung menjumpai penghayat Rastafari. Dia menyampaikan pesan menyediakan tanah di Ethiopia Selatan untuk repatriasi Rasta. Namun Haile Selassie juga menekankan perlunya Rasta untuk membebaskan Jamaika dari penindasan dan ketidak adilan dan menjadikan Rastafari sebagai jalan hidup, sebelum mereka eksodus ke Ethiopia.
Tahun-tahun setelahnya kredo gerakan tersebut makin tersebar luas, yakni “Bersatunya kemanusiaan adalah pesannya, musik adalah modus operandinya, perdamaian di bumi seperti halnya di surga (Zion) adalah tujuannya, memperjuangkan hak adalah caranya dan melenyapkan segala bentuk penindasan fisik dan mental adalah esensi perjuangannya.” Ketika Bob Marley menjadi pengikut Rastafari di tahun 1967 dan setahun kemudian disusul kelahiran reggae, maka modus operandi penyebaran ajaran Rastafari pun ditemukan: reggae!
Biography bob Marley atau bernama lengkap Robert nesta Marley
Terlahir dengan nama Robert Nesta Marley pada Februari 1945 di St. Ann, Jamaika, Bob Marley berayahkan seorang kulit putih dan ibu kulit hitam. Pada tahun 1950-an Bob beserta keluarganya pindah ke ibu kota Jamaika, Kingston. Di kota inilah obsesinya terhadap musik sebagai profesi menemukan pelampiasan. Waktu itu Bob Marley banyak mendengarkan musik R&B dan soul, yang kemudian hari menjadi inspirasi irama reggae, melalui siaran radio Amerika.
Selain itu di jalanan Kingston dia menikmati hentakan irama Ska dan Steadybeat dan kemudian mencoba memainkannya sendiri di studio-studio musik kecil di Kingston.
Bersama Peter McIntosh dan Bunny Livingston, Bob membentuk The Wailing Wailers yang mengeluarkan album perdana di tahun 1963 dengan hit “Simmer Down”. Lirik lagu mereka banyak berkisah tentang “rude bwai” (rude boy), anak-anak muda yang mencari identitas diri dengan menjadi berandalan di jalanan Kingston. The Wailing Wailers bubar pada pertengahan 1960-an dan sempat membuat penggagasnya patah arang hingga memutuskan untuk berkelana di Amerika.
Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan dengan kunjungan HIM Haile Selassie I —raja Ethiopia– ke Jamaika untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya.
The Wailers bubar di tahun 1971, namun Bob segera membentuk band baru bernama Bob Marley and The Wailers. Tahun 1972 album Catch A Fire diluncurkan. Menyusul kemudian Burning (1973–berisi hits “Get Up, Stand Up” dan “ I Shot the Sheriff” yang dipopulerkan Eric Clapton), Natty Dread (1975), Rastaman Vibration (1976) dan Uprising (1981) yang makin memantapkan reggae sebagai musik mainstream dengan Bob Marley sebagai ikonnya.
Pada tahun 1978, Bob Marley menerima Medali Perdamaian dari PBB sebagai penghargaan atas upayanya mempromosikan perdamaian melalui lagu-lagunya. Sayang, kanker mengakhiri hidupnya pada 11 Mei 1981 saat usia 36 tahun di ranjang rumah sakit Miami, AS, seusai menggelar konser internasional di Jerman. Sang Nabi kaum Rasta telah berpulang, namun inspirasi humanistiknya tetap mengalun sepanjang zaman.

Senin, 20 Februari 2012

as meragukan israel




Selasa, 21 Februari 2012 - 00:16:54

Pejabat AS Ragukan Kemampuan Israel Serang Iran

Aulia Akbar
Senin, 20 Februari 2012 21:17 wib
 1  27 0
Foto : David A Deptula (stripes)
Foto : David A Deptula (stripes)
WASHINGTON - Salah seorang pejabat militer Amerika Serikat (AS) dan seorang peneliti meragukan kemampuan Israel dalam melakukan serangan ke fasilitas nuklir Iran.

"Seluruh cendikiawan yang selalu mendukung serangan bom ke Iran, tidak sadar bahwa menyerang Iran adalah hal yang tidak mudah," ujar pejabat militer AS Letnan Jendral David A Deptula, seperti dikutip New York Times, Senin (20/2/2012).

Pernyataan pejabat AS tampak membingungkan Angkatan Udara Israel yang merencanakan serangan ke Negeri Persia itu. Israel nampaknya harus berhadapan dengan 2 ribu misil milik Iran ketika melancarkan serangan udara.

Serangan ke fasilitas nuklir Iran, Fordo, juga akan sulit dilakukan, hal itu disebabkan karena fasilitas itu dibangun di wilayah pegunungan. Sementara itu fasilitas nuklir Natanz juga sangat dilindungi.

Pernyataan Deptula tampak bersinggungan dengan ucapan Kepala Staf Militer AS Jendral Martin Dempsey. Dempsey dengan lantang mengklaim Israel memiliki kapabilitas untuk menyerbu Iran dan memperlambat proses pengayaan uranium Iran selama beberapa tahun.

Meski demikian, Dempsey juga mengutarakan kekhawatirannya atas serangan bom ke Negeri Persia. Menurut Dempsey, segala bentuk serangan akan mendestabilisasikan situasi dan tidak akan merusak segala agenda yang ingin dicapai.(AUL)
TWITTER »
twit
media nusantara citra © 2007 - 2012 okezone.com, All Rights Reserved

maumere in love

Selamat Datang di Maumere...

Penyanyi lagu sendu dan aktivis gereja, Liza A.Riyanto akan turut meramaikan "Maumere In Love", Senin (20/02)....Sejumlah komunitas usaha di Maumere tak turut ikut andil dalam ajang Expo Unggulan Flores karena harga sewa tenda Rp 2 juta dinilai terlalu mahal..Ada dua tenda expo produk unggulan Flores yang kosong tanpa penyewa.....Ratusan masyarakat tadi malam, Minggu (19/02) mmbanjiri panggung festival ethnik....."Maumere In Love" sampai dengan jelang pembukaannya tidak menggelar jumpa pres dengan media lokal......Hari pertama, hujan basahi lapangan katedral, tenda pengunjung yang bocor sana sini mngakibatkan sebagian pengunjung harus relah berbasah ria...MC acara festival budaya, Anton asal Koliaduk menjadi penghibur ditengah monotonnya acara...

Sunday, 19 February 2012

Parade Budaya di "Maumere In Love"


Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Baru hari kedua ini, Pekan Pesona Flores dengan tema Maumere In Love (MIL) boleh dibilang lebih meriah. Salah satunya adalah parade budaya yang dimulai sejak pukul 15.00 Wita, Sabtu (18/2). Dari halaman Polres Sikka, puluhan peserta usia anak-anak hingga orang tua mengayunkan kaki menuju Lapangan Katedral St. Yoseph Maumere di Jalan Mgr. Soegiyo Pranoto, tempat kegiatan MIL. Masyarakat antusias melihat berbagai atraksi seperti tarian daerah yang dipadu dengan gong waning, parade busana tradisional yang memeragakan kreasi tenun ikat bak model yang berjalan ringan dipanggung profesional dan atraksi lain-lain. Meski rencananya parade Pesona Flores diikuti 9 etnik dari seluruh Flores kenyataannya hanya beberapa kabupaten yang turut serta. Bahkan, dua kabupaten dari Sumba ikut memeriahkan parade ini dan festival seni budaya yang digelar malam hari. Pekan Pesona Flores ataukah Pekan Pesona Flores plus Sumba?

Aspal jalan yang baru saja disiram hujan, bagai panggung raksasa yang kerap menyuguhkan hiburan menarik. Dan mata-mata penonton tak berkedip. Ada rasa kagum berbinar dibalik ratusan pasang mata. Ada rasa bangga tersirat dibalik karya seni budaya daerah yang nyatanya masih digandrungi kaum muda. Semua larut dalam pesona budaya Flores. Para juru foto tak henti-hentinya mengabadikan perisitiwa ini. Berbagai gaya pelakon, baik model-model muda nan cantik juga atraksi tarian tradisional yang memukau, menarik perhatian dan tak luput dari jepretan kamera.

Parade budaya tiba dilokasi MIL sekitar pukul 17.00 wita. Dua jam perjalanan untuk jarak yang cukup dekat menjadi sangat membosankan. Keterlambatan defile budaya Flores tiba dilokasi MIL akibat atraksi sepanjang jalan yang mereka suguhkan. Saat telah tiba, dengan kondisi lelah para peserta masih menanti sang Ibu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu yang akan membuka secara resmi Pekan Pesona Flores dalam tema "Maumere In Love".

Dibalik cerita indah dan cinta dalam Maumere In Love, beberapa komunitas usaha rakyat yang ingin menawarkan dan memamerkan usaha mereka mesti gigit jari dan akhirnya memilih batal ikut serta pada expo sepekan ini. Harga tenda yang disewakan dinilai mahal. Pertenda disewakan Rp 2 juta. Sungguh berat di ongkos, aku beberapa komunitas di Maumere yang ingin ikut andil.

Dari tenda expo yang berdiri, ada satu dua tenda kosong dan tak terpakai. Kabupaten Sikka, tuan rumah kegiatan akbar ini tidak terlihat ambil bagian. Flores Timur adalah kabupaten yang tak malu-malu mempertontokan daerah mereka pada expo tersebut. Foto bupati Flotim beserta ibu terpampang jelas di pintu masuk tenda. Bahkan tulisan dengan huruf besar Kabupaten Flores Timur terpampang menarik perhatian. Yang lain?

MIL juga menyisakan tanda tanya. Misalnya informasi kegiatan atau jadwal acara spertinya tak mudah untuk diketahui. Banyak yang mengeluh akibat informasi kegiatan berikutnya yang susah diperoleh.

Hari Minggu (19/2) ini memasuki hari ketiga perhelatan yang direncanakan berakhir 21 februari. Informasi yang diperoleh menyebutkan kegiatan hari minggu akan diisi dengan workshop ibu menteri dengan sejunmlah wirausaha kecil menengah di Aula Polres Sikka yang dimulai pukul 08.00 hingga pukul 09.00. Ada pula workshop fotografi oleh komunitas fotografi nasional yang bertempat di Hotel Wailiti. Kegiatan gratis ini direncanakan dimulai pukul 12.00 hingga pukul 15.00 Wita dan terbuka untuk umum.



www.inimaumere.com
 
© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Parade Budaya di "Maumere In Love" | Design by MaUmErE Of FlOrEs






---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---